Kamis, 06 Maret 2014

Sistematika Penulisan PTK



BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang
Tahap terakhir yang merupakan tahap paling penting dalam proses pelaksanaan penelitian adalah tahap menulis laporan hasil penelitian. Betapapun pentingnya teori dan hipotesis suatu penelitian,atau bagaimanapun hebatnya penemuan-penemuan penelitian, semua akan kecil hasilnya apabila hasil penelitian itu tidak dilaporkan secara tertulis. Bentuk, isi dan cara melaporkan hasil penelitian akan menentukan bagaimana proses penyebaran pengalaman penelitian dapat berlangsung secara semestinya didalam masyarakat luas.
Dengan demikian laporan penelitian yang dibuat harus selalu dilampiri dengan produk yang dihasilkan serta penjelasannya.  Laporan hasil PTK merupakan laporan yang ditulis secara sistematis berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri. Laporan ini ditulis karena merupakan dokumen yang dapat dijadikan acuan. pengetahuan tentang PTK  ini semakin dibutuhkan, karena Masih banyak guru yang membuat karya tulis ilmiah (KTI) menyebut tulisannya sebagai PTK, tetapi sebenarnya belum atau bahkan bukan PTK.
B.            Rumusan Masalah
1. bagaimanakah sistematika penulisan PTK?
2. bagaimana cara pengetikan laporan PTK?
C.           Tujuan
1.kita dapat mengetahui sistematika penulisan PTK
2.       kita dapat mengetahui cara pengetikan laporan PTK


BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistematika Penulisan PTK
HALAMAN JUDUL.
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I       PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi masalah
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
BAB II.  KAJIAN PUSTAKA
A.     Deskripsi teori
B.      Kerangka Berfikir
C.     .Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
A.    Tempat Dan Subjek Penelitian
B.     Pendekatan Dan Jenis Penelitian
C.     Variabel Penelitian
D.    Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
2. Siklus Tindakan
E.     Data Dan Cara Pengumpulan
F.      Indikator Keberhasilan
G.    Tekhnik Analisa Instrumen
H. Tekhnik Analisa Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.     Desain awal produk
B.      Hasil pengujian pertama
C.      Revisi produk
D.     Hasilpengujian tahap kedua
E.      Revisi produk
F.       Pengujian tahap ketiga (bila perlu)
G.     Penyempurnaan produk
H.     Pembahasan produk
BAB V PENUTUP
A.     Simpulan
B.      Saran
DAFTAR PUSTAKA

Sistematika penulisan laporan hasil penelitian tindakan kelas dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu bagian awal, bagian pokok dan bagian  akhir. Bagian awal Laporan Penelitian Hasil PTK  terdiri dari: Halaman judul, Abstrak,Kata Pengantar, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar dan Daftar Lampiran. Bagian Pokok Laporan Penelitian terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas serta Pembahasan, Bab V Penutup. Bagian akhir dari format laporan penelitian terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Halaman Judul

Lembar judul bunyinya sama dengan yang terdapat pada sampul, hanya saja dicetak pada kertas HVS putih dengan bobot terendah 70 gram.

Kata Pengantar

Lembar Kata Pengantar berjudul KATA PENGANTAR yang diletakkan di tengah atas. Dalam Kata Pengantar boleh dikemukakan ungkapan puji syukur, namun yang pokok adalah pengantar yang di ikuti ucapan terima kasih dan penghargaan kepada orang-orang, lembaga, atau lainnya yang langsung membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan. Dalam Kata Pengantar tidak boleh ada pernyataan bahwa penulis yakin akan adanya banyak kesalahan atau kekurangan dalam penelitiannya dan atas dasar itu penulis minta maaf, serta mengharapkan kritik dari pembaca.

Daftar isi

Dalam daftar isi dimuat judul-judul yang terdapat pada bagian awal laporan penelitian, mulai dari abstrak, judul bab beserta subbab dan anak subbabnya masing-masing, dan judul-judul pada bagian akhir. Kecuali judul subbab dan anak subbab, semuanya diketik dengan huruf kapital. Judul-judul itu diikuti titik-titik sepanjang baris, diikuti nomor halaman tempat judul itu terdapat pada halaman lembar laporan penelitian.

Daftar Tabel, Gambar dan Lampiran

Daftar tabel memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti pada daftar isi, lalu disusul nomor halaman tempat tabel terdapat dalam teks. Judul tabel yang lebih dari satu halaman ditik dengan spasi satu. Jarak antara judul yang satu dengan yang lain dalam daftar itu satu setengah spasi. Cara membuat gambar sama dengan cara membuat daftar tabel. Cara membuat daftar lampiran sama juga dengan cara membuat daftar tabel.

Bagian Pokok

Bagian Pokok Laporan Penelitian terdiri dari 5 bab, yaitu Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka, Bab III Metode Penelitian Tindakan Kelas, Bab IV Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Tindakan Kelas serta Pembahasan, Bab V Penutup. Berdasarkan hasil seleksi proposal, revisilah menjadi Bab I, Bab II dan Bab III laporan penelitian. Kemudian lakukan penelitian untuk menyusun Bab IV dan Bab V.

 Pendahuluan

Bagian ini adalah bab pertama laporan penelitian yang mengantarkan pembaca untuk mengetahui ikhwal topik penelitian, alasan dan pentingnya penelitian. Oleh karena itu, bab pendahuluan memuat uraian tentang (1) latar belakang masalah penelitian, (2) identifikasi masalah (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, dan (5) Manfaat  penelitian.

Kajian Pustaka

Pada bagian ini materi diperluas dan dipertajam lagi sehingga kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis tindakan menjadi lebih sempurna.

 Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini dipaparkan: setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian, variabel yang diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator kinerja dan analisis data.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ini sesuai judulnya, memaparkan uraian pelaksanaan masing-masing siklus dengan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi.

Simpulan Dan Saran

Menyimpulkan adalah mengikhtisarkan atau memberi pendapat berdasarkan apa-apa yang diuraikan sebelumnya. Dalam kaitan dengan PTK, kesimpulan harus disusun secara singkat, padat, dan jelas; sesuai dengan uraian, dan mengacu kepada pertanyaan penelitian/ tujuan perbaikan.
Saran harus berkait dengan hal-hal yang dibahas.  Saran untuk hal yang tidak dibahas tidaklah relevan. Praktek atau sistem yang baik dapat disarankan untuk digunakan, atau bahkan disarankan untuk diperbaiki. Saran harus dapat dikerjakan dan praktis.

Bagian Akhir

Bagian akhir dari format laporan penelitian terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Tuliskanlah semua bacaan atau referensi yang dimuat dalam bagian pokok laporan ini.. Lampiran memuat hal-hal atau informasi yang mendukung bab-bab sebelumnya yang terdapat pada bagian pokok laporan penelitian.
B. Cara Pengetikan Laporan PTK
a)      Jenis huruf yang disarankan Time New Roman dengan ukuran 12.
b)      Penggunaan huruf miring (italic) atau garis bawah untuk memberi penekanan karena penggunaan kata asing atau hal lain yang perlu memperoleh perhatian
c)      Pemenggalan kata hendaknya tidak dipaksakan agar penampilannya lebih rapi
d)     Jarak baris 1,5 spasi kecuali intisari, kutipan langsung, judul tabel/daftar/gambar dan daftar pustaka
e)      Batas tepi pengetikan, diatur sebagai berikut:
v   tepi atas: 4 cm
v   tepi bawah: 3 cm
v   tepi kiri: 4 cm
v   tepi kanan: 3 cm
f)       Alinea baru ditulis mulai ketikan ke 6 dari batas tepi kiri. Setiap alinea minimal terdiri 2 kalimat.
g)      Bilangan yang mengawali kalimat harus di eja
h)      Judul ditulis dengan huruf besar, simetri dan tanpa diakhiri titik
i)        Sub judul ditulis simetri di awali huruf besar kecuali kata penghubung, tanpa diakhiri titik
j)        Anak sub judul ditulis dari batas kiri diawali huruf besar tanpa titik
k)      Sub anak sub judul, ditulis mulai ketikan ke 6 diakhiri  titik.  Kalimat berikutnya ditulis 1,5 spasi huruf terakhir.
l)        Judul tabel ditulis di atas, sedangkan judul gambar atau grafik ditulis di bawah dengan spasi 1, dengan urutan sesuai bab yang bersangkutan dengan posisi simeteris.




















DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S., Suhardjono., & Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sabtu, 01 Maret 2014

Komponen-Komponen Pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara efektif dan efisien. Pada dasarnya pendidikan islam  memiliki komponen-komponen serta sistem yang terpadu untuk mencapai tujuan. Eksistensi ilmu pendidikan islam selain sebagai tuntutan hidup juga sebagai konsekuensi logis dari sifat dan karakter ajaran islam.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah masih menunjukkan keadaan yang memprihatinkan.
Praktik pendidikan yang berlangsung saat ini dikalangan umat islam belum sepenuhnya mengacu pada ilmu pendidikan islam yang hakiki. Sehingga perlu adanya tinjauan teoritis dalam mengaplikasikan sistem pendidikan islam yang mengandung nilai-nilai kebenaran dari konsep ilahi.

1.2.  Rumusan Masalah        
1.      Apa saja komponen-komponen pendidikan islam?
2.      Bagaimana sistem penerapan pendidikan islam?

1.3.  Tujuan
  1. Untuk mengetahui komponen-komponen dalam pendidikan islam.
  2. Untuk mengetahui sistem penerapan pendidikan islam





BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Komponen-Komponen Pendidikan Islam
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.berbagai komponen atau aspek tersebut antara lain:
1.      Pendidik
Dalam kamus bahasa indonesia dinyatakan bahwa pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik adalah orang derwasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai tingkat kedewasaan mampu mandiri dalam melakukan tugas sebagai hamba dan kholifah Allah SWT.
Guru dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi, mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. menurut peristilahan yang dipakai dalam pendidikan dalam konteks Islam, Kelima istilah ini mempunyai tempat tersendiri dan mempunyai tugas masing-masing.
Murabbi adalah: orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya sertamenjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi.


Mu’addib adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Mudarris adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat , minat dan kemampuannya.
Mursyid adalah: orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
Nabi Muhammad SAW juga memposisikan pendidik di tempat yang mulia dan terhormat. Beliau menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi, sementara makna ulama adalah orang yang berilmu. Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris para nabi. Hal ini beralasan mengingat peran pendidik sangat menentukan dalam mendidik manusia untuk tetap konsisten dan komitmen dalam menjalankan risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kemudian ada pula hadits yang menjelaskan bahwa kedudukan orang ‘alim itu lebih unggul dibanding ‘abid. Juga hadits tentang pujian Nabi SAW terhadap orang yang belajar ilmu Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.
2.      Peserta Didik
          Peserta didik dalam pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik, psikologis, sosial dan religius. Peserta didik tidak hanya melibatkan anak-anak tetapi juga orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan bagi individu yang berusia kanak-kanak. Didalam ajaran islam terdapatt berbagai istilah yang berkaitan dengan peserta didik antara lain tilmidz, thalib dan muta’allim. Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa.
          Dilihat dari segi usia, peserta didik dapat dibagi menjadi lima tahapan antara lain:
1)      Tahap Asuhan (Usia 0-2 Tahun) Atau Neonatus
Tahap ini dimulai dari sejak kelahiran sampai kira-kira dua tahun. Pada tahap ini individu belum mempunyai kesadaran dan daya intelektual. Ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan psikoklogis melalui air susu ibunya. Dalam ajaran islam terdapat tradisi keagamaan yang dapat diberlakukan kepada peserta didik antara lain dengan memberi adzan di telinga kanan dan iqamat ditelinga kiri pada saat baru dilahirkan. Adzan dan iqamat ibarat password untuk membuka sistem saraf rohani anak agar teringat kepada tuhan yang pernah diikrarkan ketika berada dialam arwah. Selain itu juga dilakukan aqiqoh sebagai tanda syukur pengorbanan dan kepedulian terhadap bayinya.
2)      Tahap Jasmani (Usia 2-12 Tahun)
Tahap ini disebut sebagai tahap kanak-kanak. Pada tahap ini anak mulai memiliki potensi biologis dan psikologis, sehingga anak sudah mulai dapat dibina, dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya.
3)      Tahap Psikologis (Usia 12-20 Tahun)
Tahap ini disebut juga fase tamyiz, yaitu fase dimana anak mulai mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, benar dan salah. Pada tahap ini seorang anak sudah dapat dibina, dibimbing dan dididik untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab.
4)      Tahap Dewasa (20-30 Tahun)
Pada tahap ini seseorang tidak lagi disebut anak-anak atau remaja, melainkan sudah disebut dewasa dalam arti yang sesungguhnya, yakni kedewasaan secara biologis, sosial, psikologis religius dan lain sebagainya. Pada fase ini mereka sudah memiliki kematangan dalam bertindak, bersikap dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya.
5)      Tahap Bijaksana(30 Sampai Akhir Hayat)
Pada fase ini manusia telah menemukan jati dirinya. Sehingga tindakannya sudah memiliki makna dan mengandung kebijaksanaan yang mampu member naungan dan perlindungan bagi orang lain. Pendidikan pada tahap ini dilakukan dengan cara mengajak mereka agar maumengamalkan ilmu, ketrampilan, pengalaman dan harta benda untuk kepentingan masyarakat.
3.      Lingkungan Pendidikan.
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Halini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan,yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja.Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:
  1. Lingkungan keluarga
Pendidikan Dilingkunagn Keluarga Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak. Disinilah pertama kali ia mengenal nilaidan norma. Karena itu keluarga merupakan pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati.Pendidikan dilingkungan keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuhkembangkan anak sebagai makhluk individu, sosial, susila dan religius.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
·         pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
·         pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
·         Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
·         Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
·         Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
  1. Lingkungan sekolah
Pendidikan Dilingkungan Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Disinilah potensi anak akan ditumbuhkembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orang tua, masyarakat, dalammencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas sekolah sangat penting dalam menyiapkan anak-anakuntuk kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai konsumen, tetapi juga sebagaiprodusen dan pemberi jasa yang sangat erat hubungannya dengan pembangunan.
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur danberkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakuppendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan keagaman, danpendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.
Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
·         Tanggung jawab formal kelembagaan
·         Tanggung jawab keilmuan
·         Tanggung jawab fungsional
  1. Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar dalam suatu negara. Selain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, pendidikan juga dapat berlangsung di dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan di dalam lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan yang terjadi pada lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat yang terdiri dari individu-individu dalam suatu kelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang lainnya dalam sebuah mata rantai kehidupan.
Pendidikan Dilingkungan Masyarakat Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup, cita-cita bangsa, sosial budaya danperkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Melalui pendidikan dimasyarakat anak akan dibekali dengan penalaran dan keterampilan, sering juga pendidikan dimasyarakat ini dijadikan upaya mengoptimalkanperkembangan diri.
4.      Materi Pembelajaran           
Materi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisidengan bahan pendidikan.
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis dalam bentuk :
1.   Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2.   Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3.   Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4.   Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5.   Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6.   Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7.   Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8.   Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9.   Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.

5.      Metode pendidikan
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. bagaimana baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik .
Adapun Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati yang mengutip dari Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah menyatakan bahwa teknik metode pendidikan islam itu ada delapan macam yaitu:
1.      Pendidikan Melalui Teladan yaitu: merupakan salah satu teknik pedidikan yang efektif dan sukses.
2.      Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang.
3.      Pendidikan Melalui Hukuman. Apabila teladan dan nasehat tdak mempan, maka letakanlah persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu adalah hikuman, hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan , ada juga orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat saja.
4.      Pendidikan Melalui Cerita. Cerita mempunyai daya tarik yang mennyentuh perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita sudah merajut hati manusia dan akan mempengaruh kehidupan mereka.
5.      Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena itu menghemat banyak sekali kekuatan manusia karena sudah kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat.
6.      Menyalurkan Kekuatan. Teknik islam dalam membina manusia dan juga dalam meperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di dalam jiwa.
7.      Mengisi Kekosongan. Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan jiwa ketka sudah menumpuk dan tidak menyimpanya karena penuh resiko maka islam sekaligus juga tidak senang kepada kekosongan .
8.      Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa. Hidup ini penuh perjuangan daan merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang timbul karena tindakanya sendiri, maupun karena sebab-sebab diluar kemampuanya, Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa di ambil menjadi pengalaman yang berharga, ia mesti menggnakanya untuk membina, mengasuh dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja.
6.      Kurikulum pendidikan
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.Setiap pendidik harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai pendidikan.
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1.       Agama dan akhlak merupakan tujuan utama. Segala yang diajarkan dan di amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama.
  1. Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
  2. Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya.


2.2.  Sistem penerapan pendidikan islam
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan. Faktor atau unsur yang disitematisasikan adalah proses kegiatan kependidikan dalam upaya mencapai tujuannya.
Islam sebagai agama wahyu menganggap pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, di laksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Pendidikan yang di laksanakan disekolah maupun di luar sekolah perlu di sesuaikan perkembangan tuntutan pembangunann yang  memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang. Kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha perlu di kembangkan sedemikian rupa sehingga dunia pendidikan siap pakai oleh dunia usaha.
Menurut system penerapan pendidikan islam yang  seharusnya adalah suatu keseluruhan yang  terdiri dari komponen-komponen yang  masing- masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Bekaitan dengan itu dari komponen lainnya  yang  secara terpadu bergerak menuju kearah saru tujuan yang  telah di tetapkan. Factor atau unsur yang  di sistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan dalam upaya mencapai tujuannyn, pendidikan harus berusaha untuk menyiapkan peserta didik melalui proses kegiatan bimbingan, pengajaran atau  latihan bagi peranannya di masa yang  akan datang.
Arah perkembangan semakin maju dalam pendidikan harus di pandang sebagai tantangan yang  penuh perjuangan. Strategi tersebut di wujudkan dalam program pendidikan seperti konsep mengitegrasikan pendidikan dengan pendidikan ilmu pengetahuan umum hal ini menuntut kita untuk mempersiapkan tenaga pendidikan islam  yang  aspiratif tehadap kemajuan  hidup manusia pada masa depan.
Islam dalam melakukan pendidikan adalah melalui  pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisk maupun kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinnya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apa pun selain apa yang dijadikan sesuai dengan fitrahnya.
Islam adalah agama fitrah, oleh karena itu tidak ada satu system pun yang bisa mendekati kodrat itu seperti dilakukan Islam atau menghasilkan sesuatu setelah dibinanya dan didudukkannya di tempat yang tepat seperti yang di hasilkan Islam.Islam tidak hanya memberi  konsumsi yang tepat kepada setiap segi manusa, tetapi juga memberi takaran bagia-bagian yang tepat, tidak lebih dan tidak kurang. Dengan demikian, setelah masing-masing menerima bagiannya secara tepat dan takarannya yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin, produktif, dan gesit selama hayatnya.

























BAB III
PENUTUP
3.1.  Kesimpulan
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.  karena apabila salah satu di antara ketiga komponen ini ada maka proses pendidikan Islam tidak dapat berjalan, berbagai komponen atau aspek tersebut antara lain: Pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, materi pembelajaran, metode pendidikan dan kurikulum pendidikan.
Menurut system penerapan pendidikan islam yang  seharusnya adalah suatu keseluruhan yang  terdiri dari komponen-komponen yang  masing- masing bekerja sendiri dalam fungsinya. Bekaitan dengan itu dari komponen lainnya  yang  secara terpadu bergerak menuju kearah saru tujuan yang  telah di tetapkan. Islam memandang manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinnya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya.
3.2.  Saran
Dari pembahasan makalah diatas, sudah selayaknya lembaga pendidikan islam bisa mengaplikasikan sistem pendidikan islam dalam proses pendidikan, sehingga kelak akan memunculkan generasi-generasi yang memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual.












DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2010.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:  Prenada Media Group
Daradjat, Zakiah.2012.  Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Arifin, Muhammad.1989.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta :  PT.Bumi Aksara