BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses
generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya
secara efektif dan efisien. Pada dasarnya pendidikan islam memiliki komponen-komponen serta sistem yang
terpadu untuk mencapai tujuan. Eksistensi ilmu pendidikan islam selain sebagai
tuntutan hidup juga sebagai konsekuensi logis dari sifat dan karakter ajaran
islam.
Pelaksanaan
pendidikan agama Islam di sekolah masih menunjukkan keadaan yang memprihatinkan.
Praktik pendidikan yang
berlangsung saat ini dikalangan umat islam belum sepenuhnya mengacu pada ilmu
pendidikan islam yang hakiki. Sehingga perlu adanya tinjauan teoritis dalam
mengaplikasikan sistem pendidikan islam yang mengandung nilai-nilai kebenaran
dari konsep ilahi.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja komponen-komponen pendidikan islam?
2.
Bagaimana sistem penerapan pendidikan islam?
1.3.
Tujuan
- Untuk mengetahui komponen-komponen
dalam pendidikan islam.
- Untuk mengetahui sistem penerapan
pendidikan islam
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
2.1. Komponen-Komponen
Pendidikan Islam
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem
yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk
mencapai tujuan sistem. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem
proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya
proses pendidikan. Bahkan dapat diaktan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja
pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.berbagai komponen
atau aspek tersebut antara lain:
1.
Pendidik
Dalam kamus bahasa indonesia dinyatakan bahwa
pendidik adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan,
pendidik adalah orang derwasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
kepada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohani, agar mencapai
tingkat kedewasaan mampu mandiri dalam melakukan tugas sebagai hamba dan
kholifah Allah SWT.
Guru
dalam konteks pendidikan Islam “pendidik” sering disebut dengan murabbi,
mu’allim, mu’addib, mudarris, dan mursyid. menurut peristilahan yang dipakai
dalam pendidikan dalam konteks Islam, Kelima istilah ini mempunyai tempat
tersendiri dan mempunyai tugas masing-masing.
Murabbi adalah: orang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara
hasil kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan
alam sekitarnya.
Mu’allim adalah: orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya
sertamenjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan
praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta
implementasi.
Mu’addib
adalah: orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam
membangun peradaban yang berkualitas di masa depan.
Mudarris
adalah: orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta
memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan berusaha
mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, serta melatih
keterampilan sesuai dengan bakat , minat dan kemampuannya.
Mursyid adalah:
orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri atau menjadi
pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
Nabi Muhammad
SAW juga memposisikan pendidik di tempat yang mulia dan terhormat. Beliau
menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para nabi, sementara makna ulama adalah
orang yang berilmu. Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama.
Tegasnya, pendidik adalah pewaris para nabi. Hal ini beralasan mengingat peran pendidik
sangat menentukan dalam mendidik manusia untuk tetap konsisten dan komitmen
dalam menjalankan risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Kemudian ada pula
hadits yang menjelaskan bahwa kedudukan orang ‘alim itu lebih unggul dibanding
‘abid. Juga hadits tentang pujian Nabi SAW terhadap orang yang belajar ilmu
Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain.
2. Peserta Didik
Peserta didik dalam
pendidikan islam adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara
fisik, psikologis, sosial dan religius. Peserta didik tidak hanya melibatkan
anak-anak tetapi juga orang dewasa. Sementara istilah anak didik hanya dikhususkan
bagi individu yang berusia kanak-kanak. Didalam ajaran islam terdapatt berbagai
istilah yang berkaitan dengan peserta didik antara lain tilmidz, thalib dan
muta’allim. Perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada
usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau
dulu orang mengasumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia
sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya
orang dewasa.
Dilihat
dari segi usia, peserta didik dapat dibagi menjadi lima tahapan antara lain:
1) Tahap Asuhan (Usia 0-2 Tahun) Atau Neonatus
Tahap ini dimulai dari sejak kelahiran sampai
kira-kira dua tahun. Pada tahap ini individu belum mempunyai kesadaran dan daya
intelektual. Ia hanya mampu menerima rangsangan yang bersifat biologis dan
psikoklogis melalui air susu ibunya. Dalam ajaran islam terdapat tradisi
keagamaan yang dapat diberlakukan kepada peserta didik antara lain dengan
memberi adzan di telinga kanan dan iqamat ditelinga kiri pada saat baru
dilahirkan. Adzan dan iqamat ibarat password untuk membuka sistem saraf rohani
anak agar teringat kepada tuhan yang pernah diikrarkan ketika berada dialam
arwah. Selain itu juga dilakukan aqiqoh sebagai tanda syukur pengorbanan dan
kepedulian terhadap bayinya.
2) Tahap Jasmani (Usia 2-12 Tahun)
Tahap ini disebut sebagai tahap kanak-kanak.
Pada tahap ini anak mulai memiliki potensi biologis dan psikologis, sehingga
anak sudah mulai dapat dibina, dilatih, dibimbing, diberikan pelajaran dan
pendidikan yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuannya.
3) Tahap Psikologis (Usia 12-20 Tahun)
Tahap ini disebut juga fase tamyiz, yaitu fase
dimana anak mulai mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk, benar dan
salah. Pada tahap ini seorang anak sudah dapat dibina, dibimbing dan dididik
untuk melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawab.
4) Tahap Dewasa (20-30 Tahun)
Pada tahap ini seseorang tidak lagi disebut
anak-anak atau remaja, melainkan sudah disebut dewasa dalam arti yang
sesungguhnya, yakni kedewasaan secara biologis, sosial, psikologis religius dan
lain sebagainya. Pada fase ini mereka sudah memiliki kematangan dalam
bertindak, bersikap dan mengambil keputusan untuk menentukan masa depannya.
5) Tahap Bijaksana(30 Sampai Akhir Hayat)
Pada fase ini manusia telah menemukan jati
dirinya. Sehingga tindakannya
sudah memiliki makna dan mengandung kebijaksanaan yang mampu member naungan dan
perlindungan bagi orang lain. Pendidikan pada tahap ini dilakukan dengan cara
mengajak mereka agar maumengamalkan ilmu, ketrampilan, pengalaman dan harta
benda untuk kepentingan masyarakat.
3. Lingkungan
Pendidikan.
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi
kehidupan atau kebudayaan. Halini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan
sebagai gejala kebudayaan,yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah
saja.Lingkungan pendidikan merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses
pendidikan yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu:
- Lingkungan keluarga
Pendidikan
Dilingkunagn Keluarga Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak. Disinilah
pertama kali ia mengenal nilaidan norma. Karena itu keluarga merupakan
pendidikan tertua, yang bersifat informal dan kodrati.Pendidikan dilingkungan
keluarga berfungsi untuk memberikan dasar dalam menumbuhkembangkan anak sebagai
makhluk individu, sosial, susila dan religius.
Keluarga
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama
kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan
yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan
sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
·
pendidikan prenatal (pendidikan dalam kandungan)
·
pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung
jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
·
Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan
anaknya.
·
Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
·
Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
- Lingkungan sekolah
Pendidikan
Dilingkungan Sekolah adalah lingkungan kedua bagi anak. Disinilah potensi anak
akan ditumbuhkembangkan. Sekolah merupakan tumpuan dan harapan orang tua,
masyarakat, dalammencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas sekolah sangat penting
dalam menyiapkan anak-anakuntuk kehidupan masyarakat. Sekolah bukan semata-mata
sebagai konsumen, tetapi juga sebagaiprodusen dan pemberi jasa yang sangat erat
hubungannya dengan pembangunan.
Jenis
pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur
danberkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah
mencakuppendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagaman, danpendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
Karena
perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya.
Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk
mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus.
Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian
fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah.
Dasar tanggung
jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
·
Tanggung jawab formal kelembagaan
·
Tanggung jawab keilmuan
·
Tanggung jawab fungsional
- Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan kelompok sosial terbesar dalam suatu negara.
Selain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, pendidikan juga
dapat berlangsung di dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan di dalam
lingkungan masyarakat tentunya berbeda dengan pendidikan yang terjadi pada
lingkungan keluarga dan sekolah. Masyarakat yang terdiri dari individu-individu
dalam suatu kelompok masyarakat tidak dapat dipisahkan antara yang satu dan yang
lainnya dalam sebuah mata rantai kehidupan.
Pendidikan
Dilingkungan Masyarakat Masyarakat adalah salah satu lingkungan pendidikan yang
besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi seseorang. Pandangan hidup,
cita-cita bangsa, sosial budaya danperkembangan ilmu pengetahuan akan mewarnai
keadaan masyarakat tersebut. Masyarakat mempunyai
peranan yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan nasional. Melalui
pendidikan dimasyarakat anak akan dibekali dengan penalaran dan keterampilan,
sering juga pendidikan dimasyarakat ini dijadikan upaya
mengoptimalkanperkembangan diri.
4. Materi
Pembelajaran
Materi pendidikan memiliki kaitan yang erat
dengan tujuan pendidikan. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan dan
berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang
ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat
manusia perlu diisidengan bahan pendidikan.
Dalam menentukan materi pembelajaran atau
bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti
telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat
klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun
secara logis dan sistematis dalam bentuk :
1. Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi
atau preposisi yang saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik
tentang gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara
variabel-variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2. Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh
organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari
sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang
khusus, bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4. Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam
materi yang mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5. Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan
dalam materi pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6. Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang
dianggap penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7. Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan
khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9. Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau
pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis besarnya.
10. Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan
materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.
Materi pembelajaran yang didasarkan pada
filsafat progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan
kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil
dari dunia peserta didik dan oleh peserta didik itu sendiri. Materi
pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi pembelajaran
dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat
dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial
bahkan tentang alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi
pendidikan banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian
rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja untuk mendukung penguasaan suatu
kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang lebih luas dirinci menjadi
bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
5.
Metode pendidikan
Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode
yang tepat untuk menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang
dicita-citakan. bagaimana baik dan sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia
tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak memiliki metode atau cara yang tepat
dalam mentransformasikannya kepada peserta didik .
Adapun
Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur Uhbiyati yang mengutip dari Muhammad
Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah Islamiyah menyatakan bahwa teknik
metode pendidikan islam itu ada delapan macam yaitu:
1.
Pendidikan Melalui Teladan yaitu: merupakan salah satu teknik
pedidikan yang efektif dan sukses.
2.
Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa terdapat pembawaan untuk
terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan itu biasanya tidak tetap
dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang.
3.
Pendidikan Melalui Hukuman. Apabila teladan dan nasehat tdak
mempan, maka letakanlah persoalan di tempat yang benar, tindakan tegas itu
adalah hikuman, hukuman sebenarnya tidak mutlak diperlukan , ada juga
orang-orang yang cukup dengan teladan dan nasehat saja.
4.
Pendidikan Melalui Cerita. Cerita mempunyai daya tarik yang
mennyentuh perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita sudah merajut hati
manusia dan akan mempengaruh kehidupan mereka.
5.
Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan mempunyai peranan penting
dalam kehidupan manusia karena itu menghemat banyak sekali kekuatan manusia
karena sudah kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat.
6.
Menyalurkan Kekuatan. Teknik islam dalam membina manusia dan juga
dalam meperbaikinya adalah mengaktifkan kekuatan-kekuatan yang tersimpan di
dalam jiwa.
7.
Mengisi Kekosongan. Apabila islam menyalurkan kekuatan tubuh dan
jiwa ketka sudah menumpuk dan tidak menyimpanya karena penuh resiko maka islam
sekaligus juga tidak senang kepada kekosongan .
8.
Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa. Hidup ini penuh perjuangan
daan merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai peristiwa, baik yang
timbul karena tindakanya sendiri, maupun karena sebab-sebab diluar kemampuanya,
Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa peristiwa itu berlalu begitu
saja tanpa di ambil menjadi pengalaman yang berharga, ia mesti menggnakanya
untuk membina, mengasuh dan mendidik jiwa, oleh karena itu pengaruhnya tidak
boleh hanya sebentar itu saja.
6.
Kurikulum pendidikan
Kurikulum
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem
pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada
semua jenis dan tingkat pendidikan.Setiap pendidik harus memahami perkembangan
kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam
konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang
dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya berupa fisik,
intelektual, emosional, dan sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Kurikulum
dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj yang berarti jalan yang
terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka. Selain itu, kurikulum juga dapat
dipandang sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan
untuk mencapai pendidikan.
Ciri-ciri umum kurikulum pendidikan Islam adalah
sebagai berikut :
1.
Agama dan akhlak merupakan tujuan
utama. Segala yang diajarkan dan di amalkan harus berdasarkan pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah serta ijtihad para ulama.
- Mempertahankan pengembangan dan bimbingan terhadap semua aspek pribadi
siswa dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual.
- Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta
kegiatan pengajaran.
Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa sebagai inti
dari ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dapat
memotivasi siswa untuk berakhlak atau berbudi pekerti luhur, baik terhadap
Tuhan, terhadap diri dan lingkungan sekitarnya.
2.2. Sistem
penerapan pendidikan islam
Sistem adalah
suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing
bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen
lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah
ditetapkan. Faktor atau unsur yang disitematisasikan adalah
proses kegiatan kependidikan dalam upaya mencapai tujuannya.
Islam sebagai agama wahyu
menganggap pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, di laksanakan di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama
antara keluarga masyarakat dan pemerintah. Pendidikan yang di laksanakan
disekolah maupun di luar sekolah perlu di sesuaikan perkembangan tuntutan
pembangunann yang memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian di
segala bidang. Kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha perlu di
kembangkan sedemikian rupa sehingga dunia pendidikan siap pakai oleh dunia
usaha.
Menurut system penerapan
pendidikan islam yang seharusnya adalah suatu keseluruhan yang
terdiri dari komponen-komponen yang masing- masing bekerja sendiri
dalam fungsinya. Bekaitan dengan itu dari komponen lainnya yang
secara terpadu bergerak menuju kearah saru tujuan yang telah di tetapkan.
Factor atau unsur yang di sistematisasikan adalah proses kegiatan
pendidikan dalam upaya mencapai tujuannyn, pendidikan harus berusaha untuk
menyiapkan peserta didik melalui proses kegiatan bimbingan, pengajaran
atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Arah perkembangan semakin maju
dalam pendidikan harus di pandang sebagai tantangan yang penuh
perjuangan. Strategi tersebut di wujudkan dalam program pendidikan seperti
konsep mengitegrasikan pendidikan dengan pendidikan ilmu pengetahuan umum hal
ini menuntut kita untuk mempersiapkan tenaga pendidikan islam yang
aspiratif tehadap kemajuan hidup manusia pada masa depan.
Islam dalam melakukan pendidikan adalah melalui pendekatan yang menyeluruh terhadap wujud
manusia, sehingga tidak ada yang tertinggal dan terabaikan sedikitpun, baik
segi jasmani maupun segi rohani, baik kehidupannya secara fisk maupun
kehidupannya secara mental dan segala kegiatannya di bumi. Islam memandang
manusia secara totalitas, mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam
dirinnya, atas dasar fitrah yang diberikan Allah kepadanya, tidak ada
sedikitpun yang diabaikan dan tidak memaksakan apa pun selain apa yang
dijadikan sesuai dengan fitrahnya.
Islam adalah agama fitrah, oleh karena itu tidak ada satu
system pun yang bisa mendekati kodrat itu seperti dilakukan Islam atau
menghasilkan sesuatu setelah dibinanya dan didudukkannya di tempat yang tepat
seperti yang di hasilkan Islam.Islam tidak hanya memberi konsumsi yang tepat kepada setiap segi
manusa, tetapi juga memberi takaran bagia-bagian yang tepat, tidak lebih dan
tidak kurang. Dengan
demikian, setelah masing-masing menerima bagiannya secara tepat dan takarannya
yang tepat pula, manusia bekerja dengan rajin, produktif, dan gesit selama
hayatnya.
BAB III
PENUTUP
1.
2.
3.
3.1. Kesimpulan
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari
sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan
tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya
proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut. karena apabila salah satu di antara ketiga komponen ini
ada maka proses pendidikan Islam tidak dapat berjalan, berbagai komponen atau aspek tersebut antara
lain: Pendidik, peserta didik, lingkungan pendidikan, materi pembelajaran,
metode pendidikan dan kurikulum pendidikan.
Menurut system
penerapan pendidikan islam yang seharusnya adalah suatu keseluruhan yang
terdiri dari komponen-komponen yang masing- masing bekerja sendiri
dalam fungsinya. Bekaitan dengan itu dari komponen lainnya yang
secara terpadu bergerak menuju kearah saru tujuan yang telah di tetapkan.
Islam memandang manusia secara totalitas,
mendekatinya atas dasar apa yang terdapat dalam dirinnya, atas dasar fitrah
yang diberikan Allah kepadanya.
3.2. Saran
Dari pembahasan makalah diatas, sudah selayaknya lembaga
pendidikan islam bisa mengaplikasikan sistem pendidikan islam dalam proses
pendidikan, sehingga kelak akan memunculkan generasi-generasi yang memiliki
kecerdasan intelektual dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam.
Jakarta: Prenada Media Group
Daradjat, Zakiah.2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
PT.Bumi Aksara
Arifin, Muhammad.1989.Ilmu Pendidikan
Islam. Jakarta : PT.Bumi Aksara